Bagaimana Menghadapi Nomophobia yang Mengambil Alih Kehidupan?
Bagaimana Menghadapi Nomophobia yang Mengambil Alih Kehidupan?
Penulis: Regita Cahyani Putri dan Muhammad Vikar Al Savero
Nomophobia adalah singkatan dari “no-mobile phobia” yang berarti kecemasan atau ketakutan saat seseorang tidak memiliki atau tidak bisa menggunakan gadget mereka. Nomophobia itu sendiri memiliki beberapa gejala, di antaranya seperti merasa kepanikan, ketidak nyamanan, dan kehilangan ketika terpisah dari handphone atau gadget mereka.
Di era digital yang berkembang semakin pesat, teknologi menjadi bagian yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Smartphone atau yang kita kenal dengan handphone sudah mengubah cara kita dalam berkomunikasi, bekerja, belajar, dan juga dalam hal mengakses segala informasi. Di balik kecanggihan dan kemudahannya, manfaat yang ditawarkan oleh teknologi ini juga sangat menggiurkan tapi juga membawa ancaman bagi kesehatan mental, salah satunya adalah nomophobia.
Parahnya, nomophobia ini juga dapat menimbulkan seseorang menjadi merasa terisolasi, tidak terhubung dengan dunia luar, atau bahkan kehilangan kontrol emosi. Seperti hal yang dialami oleh Surya (21), mahasiswa UNS, ia merasa takut ketinggalan informasi ketika tidak dapat mengakses atau menggunakan perangkat mobilenya. kej yang sama dialami oleh Amaria (21), mahasiswa UNDIP yang kami wawancara melalui Whatsapp merasa harus terus menggunakan handphone untuk berkomunikasi dengan kekasihnya dan juga untuk teman di saat kesepian melanda.
Nomophobia pastinya timbul bukan tanpa sebab. Gejala nomophobia dapat muncul pada seseorang karena penggunaan smartphone yang berlebih dan kecanduan akan media sosial. Jika dilihat berdasarkan data wawancara kepada narasumber, rata-rata mereka membuka handphone kurang lebih tujuh sampai sepuluh jam per harinya. Apabila dibandingkan dengan total waktu satu hari yaitu 24 jam, maka hampir separuhnya mereka gunakan untuk membuka handphone. Surya mengatakan tidak terganggu dengan timbulnya perilaku tersebut. “Jujur aku tidak merasa ada masalah, sih. Cuma tuntutan perkembangan zaman aja,” bebernya. Berbeda dengan Amaria, ia mengatakan bahwa dia terkadang merasa terganggu dengan adanya ketergantungan pada gadget. “Kadang ngerasa terganggu juga sih, kok lama banget ya tiap main handphone. Pengin berubah tapi gak bisa,” ungkapnya. Mereka juga menambahkan bahwa keberadaan gadget ini sangat membantu di dalam segala hal, bukan sebagai penghalang atau masalah bagi siapapun itu apabila menggunakannya dengan bijak.
Dampak nomophobia terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang memang tidak bisa diabaikan. Dampak tersebut di antaranya seperti gangguan tidur dan kecemasan, sehingga mereka terus-menerus memeriksa handphonemereka karena khawatir akan melewatkan informasi di sosial media, panggilan, atau pesan. Hal inilah yang dialami Dimas (20), seorang mahasiswa di UNS. “Karena takut ketinggalan informasi kali ya. di media sosial. FOMO juga, jadi kita harus update terus kan,” ujarnya. Dimas mengaku minimal 12 jam sehari ia habiskan untuk memeriksa handphone miliknya. Hal ini menjadi indikator seseorang telah mengalami nomophobia, yang secara tidak sadar mengambil alih kehidupan banyak orang.
Media sosial di era digital sangatlah menjadi konsumsi utama terutama generasi saat ini. Dimas mengaku konten yang sering ia konsumsi adalah seputar hiburan. “Kalau di Instagram, paling ngeliat story teman-teman. Kalau di TikTok lihat jedag-jedug atau sepak bola. Kalau di Twitter lihat base dan tagar yang lagi viral aja, sih,” bebernya. Namun, ternyata Dimas menyadari bahwa kebiasaannya itu menjadi suatu permasalahan di hidupnya. “Agak keganggu sih karena terkesan membuang waktu sebenarnya,” ujarnya. Berbeda dengan Dimas, Robby (21), mahasiswa UNS mengaku hanya memeriksa handphone empat sampai tujuh jam sehari merasa tidak terganggu akan hal itu. “Jujur kalau saya sih biasa aja ya. Karena udah masuk ke rutinitas juga, jadi kalo ngga ngecek HP ngerasa ada yang kurang aja gitu,” jelasnya.
Meskipun begitu, ada beberapa cara untuk mengatasi nomophobia. Pertama, penting untuk menyadari penggunaan handphone sebijak mungkin. Kita harus dapat mengatur batasan waktu untuk penggunaan handphone, seperti menghindari penggunaan minimal 90 menit sebelum tidur. Menyibukkan diri dalam aktivitas di dunia nyata juga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada handphone.
Comments
Post a Comment